Monday, October 25, 2010

HUKUM BERNOULLI

Pengantar



Dirimu bisa mengendarai sepeda motor khan ? ketika kita mengendarai sepeda motor agak kencang, baju yang kita pakai biasanya mengembung ke belakang. Atau kalau dirimu belum bisa mengendarai sepeda motor, coba perhatikan ayah/ibu/teman2 yang mengendarai sepeda motor. Bagian belakang baju yang dipakai biasanya kembung ke belakang kalau sepeda motornya melaju dengan kencang. Kok bisa ya ? bukan cuma itu… kadang kalau angin bertiup kencang, pintu rumah bisa ketutup sendiri. Padahal anginnya bertiup di luar rumah, sedangkan daun pintu ada di dalam rumah.

Dirimu bingung-kah ? Tuh mah gampang, bisa dijelaskan dengan mudah asal dirimu paham prinsip om Bernoulli. Om Daniel Bernoulli (1700-1782) menemukan sebuah prinsip yang bisa digunakan untuk menjelaskan keanehan di atas. Btw, prinsip Bernoulli tu apa ? terus apa bedanya dengan persamaan Bernoulli ? Sekarang bersiap-siaplah bergulat dengan om Bernoulli… wah, Om Bernoulli ini bikin pelajaran fisika tambah banyak saja… hehe :)


Prinsip Bernoulli

Prinsip Bernoulli menyatakan bahwa di mana kecepatan aliran fluida tinggi, tekanan fluida tersebut menjadi rendah. Sebaliknya jika kecepatan aliran fluida rendah, tekanannya menjadi tinggi.


baca selengkapnya

Wednesday, October 13, 2010

CONTOH SURAT-SURAT RESMI

Bagi mahasiswa atau praktisi yang bingung membuat surat-surat resmi, kami menyediakan contoh-contoh surat yang dapat membantu menginspirasi dalam membuat surat-surat resmi.

Berhubung adanya keterbatasan kecepatan download maka kami sediakan link untuk membuka maupun mendownload file-file yang Anda butuhkan.

baca selengkapnya

Monday, October 11, 2010

INPUT DATA DENGAN SPSS

Setelah memberikan dasar-dasar pendefinisian variabel untuk input data pada SPSS , pada bagian ini kita akan menggunakan data contoh untuk mempraktekkannya. Untuk memahami bagian ini, silakan baca dua bagian tulisan sebelumnya.
Sebagai latihan, misalnya kita akan menginput data hasil penelitian terdapat 18 responden penelitian sebagai berikut:




Pada contoh data latihan diatas, kita punya lima variabel (data) yang akan diinput yaitu nama responden, jenis kelamin, umur, pendidikan dan penghasilan. Mari kita definisikan masing-masing variabel sebagai berikut:

Variabel 1.
Nama Variabel: Responden
Type : String (karena variabel ini tidak berbentuk numerik)
Width: 18 (untuk data kita ini, jumlah karakter terbanyak 18)
Decimal : 0 (untuk data type string, desimal akan otomatis 0)
Label: Nama Responden
Values: None (untuk data type string, values akan otomatis none)
Missing: None (untuk data type string, missing akan otomatis none)
Column: 18 (ukuran kolom ini sesuaikan dengan jumlah karakter dari nama variabel atau maksimum karakter dari data pada variabel tersebut, mana yang paling banyak)
Align: Left (untuk data string sebaiknya dibuat rata kiri)
Measure: Nominal (untuk data string, pilih saja measure nominal)

Variabel 2.
Nama Variabel: Sex
Type : Numeric
Width: 2 (sebenarnya input data yang akan kita masukkan nanti hanya berupa kode 1 dan 2, atau hanya terdiri dari 1 karakter, tetapi width nya sebaiknya kita lebihkan 1 karakter)
Decimal : 0 (karena tidak memerlukan angka dibelakang koma)
Label: Jenis Kelamin Responden
Values: 1 = laki-laki, 2 = perempuan
Missing: None (karena informasi mengenai jenis kelamin tersedia pada semua responden)
Column: 4
Align: Rigth (untuk data numerik sebaiknya dibuat rata kanan)
Measure: Nominal (angka untuk pengkodean jenis kelamin ini, adalah termasuk data skala nominal)

Variabel 3.
Nama Variabel: Umur
Type : Numeric
Width: 3
Decimal : 0 (karena tidak memerlukan angka dibelakang koma)
Label: Umur Responden
Values: None (tidak ada pengkodean numerik untuk variabel ini)
Missing: None (karena informasi mengenai umur tersedia pada semua responden)
Column: 5
Align: Rigth (untuk data numerik sebaiknya dibuat rata kanan)
Measure: Scale (karena umur merupakan data berskala ratio)

Variabel 4.
Nama Variabel: Pendidikan
Type : Numeric
Width: 2 (karena pendidikan akan diinput dengan kode 1 – 5)
Decimal : 0 (karena tidak memerlukan angka dibelakang koma)
Label: Pendidikan Responden
Values: 1 = SD, 2= SLTP, 3= SLTA, 4= D3, 5= S1
Missing: None (karena informasi mengenai pendidikan tersedia pada semua responden)
Column: 8
Align: Rigth (untuk data numerik sebaiknya dibuat rata kanan)
Measure: Ordinal (karena pendidikan merupakan data berskala ordinal)

Variabel 5.
Nama Variabel: Pendapatan
Type : Numeric
Width: 4
Decimal : 0 (karena tidak memerlukan angka dibelakang koma)
Label: Pendapatan Responden (dalam ribuan Rp)
Values: None (tidak ada pengkodean numerik untuk variabel ini)
Missing: terdapat responden yang tidak memiliki informasi mengenai pendapatan. Untuk itu, sebagai latihan kita berikan kode 9999 untuk responden yang tidak kita dapatkan informasi pendapatannya tersebut
Column: 9
Align: Rigth (untuk data numerik sebaiknya dibuat rata kanan)
Measure: Scale(karena pendapatan merupakan data berskala ratio)

Thursday, October 7, 2010

CONTOH: BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data
Pada bagian ini akan disajikan data hasil penelitian berupa gambaran umum dari masing-masing variabel yang diteliti yaitu: Studi Korelasional antara Motivasi dengan Kinerja Guru. Sebelum hasil kuesioner yang diperoleh dari responden diolah, maka peneliti terlebih dahulu menguji validitas dan reliabilitas dari setiap butir pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Dengan menguji instrumen kuesioner ini, maka akan didapatkan suatu alat ukur yang memang telah mengukur apa yang ingin diukur dan tetap konsisten apabila digunakan pada suatu waktu yang sama dengan responden berbeda atau pada responden berbeda diwaktu yang sama, sehingga diharapkan kuesioner ini akan dapat memberikan informasi yang benar untuk digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Dari hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap butir-butir pertanyaan dalam kuesioner peneliti mendapatlkan hasil sebagai berikut:
1.Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Dimensi Kinerja:


selengkapnya


Tuesday, September 28, 2010

Saturday, August 14, 2010

PENGUJIAN LINEARITAS

Salah satu teknik analisis regresi yang paling sering digunakan adalah regresi linear. regresi linear dapat digunakan apabila asumsi linearitas dapat terpenuhi. Apabila asumsi ini tidak terpenuhi, maka kita tidak dapat menggunakan analisis regresi linear. akan tetapi kita bias menggunakan analisis regresi nonlinear.

Asumsi linearitas adalah asumsi yang akan memastikan apakah data yang kita miliki sesuai dengan garis linear atau tidak. Asumsi ini dapat diketahui dengan mencari nilai deviation from linearity dari uji F linear. untuk mengetahui nilai tersebut, kita akan menggunakan data yang kita miliki.


Masukkan variable science pada kotak Dependent List dan math pada kotak Independent List. Kemudian klik option dan tandai test for linearity. Kemudian klik OK.



pada output SPSS, akan kita dapatkan hasil pengujian yang dirangkum dalam table analisis varian (ANOVA Table) seperti berikut ini:


Jika angka pada Deviation From Linearity lebih besar dari 0,05 ( > 0,05), berarti hubungan antara variable dependen dengan variable independen adalah linear. berdasarkan hasil pengujian terlihat bahwa nilai Sig. untuk Deviation from Linearity sebesar 0,133 yang berarti lebih besar dari 0,05 dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara variable dependen dan independen.

Friday, July 23, 2010

TEKNIK SAMPLING

© 2003 Digitized by USU digital library 1

Prof. ROZAINI NASUTION, SKM
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan/ingin diteliti. Populasi ini
sering juga disebut Universe. Anggota populasi dapat berupa benda hidup
maupun benda mati, dimana sifat-sifat yang ada padanya dapat diukur atau
diamati. Populasi yang tidak pernah diketahui dengan pasti jumlahnya disebut
"Populasi Infinit" atau tak terbatas, dan populasi yang jumlahnya diketahui
dengan pasti (populasi yang dapat diberi nomor identifikasi), misalnya murid
sekolah, jumlah karyawan tetap pabrik, dll disebut "Populasi Finit".
Suatu kelompok objek yang berkembang terus (melakukan proses sebagai
akibat kehidupan atau suatu proses kejadian) adalah Populasi Infinitif.
Misalnya penduduk suatu negara adalah populasi yang infinit karena setiap waktu
terus berubah jumlahnya. Apabilah penduduk tersebut dibatasi dalam waktu dan
tempat, maka popuJasi yang infinit bisa berubah menjadi populasi yang finit.
Misalnya penduduk Kota Medan pada tahun 1990 (1 Januari s/d 31 Desember
1990) dapat diketahui jumlahnya. Umumnya populasi yang infinit hanyalah teori
saja, sedangkan kenyataan dalam prakteknya, semua benda hidup dianggap
populasi yang finit. Bila dinyatakan bahwa 60% penduduk Indonesia adalah
petani, ini berati bahwa setiap 100 orang penduduk Indonesia, 60 orang adalah
petani. Hasil pengukuran atau karakteristik dari populasi disebut "parameter"
yaitu untuk harga-harga rata-rata hitung (mean) dan σ untuk simpangan baku
(standard deviasai). Jadi populasi yang diteliti harus didefenisikan dengan jelas,
termasuk didalam nya ciri-ciri dimensi waktu dan tempat.
2. Sampel.
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel
sendiri secara harfiah berarti contoh). Hasil pengukuran atau karakteristik dari
sampel disebut "statistik" yaitu X untuk harga rata-rata hitung dan S atau SD
untuk simpangan baku.
Alasan perlunya pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.
2. Lebih cepat dan lebih mudah.
3. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam.
4. Dapat ditangani lebih teliti.
Pengambilan sampel kadang-kadang merupakan satu-satunya jalan yang
harus dipilih, (tidak mungkin untuk mempelajari seluruh populasi) misalnya:
- Meneliti air sungai
- Mencicipi rasa makanan didapur
- Mencicipi duku yang hendak dibeli
II. PENGAMBILAN SAMPEL.
1. Tujuan.
Agar sampel yang diambil dari populasinya "representatif" (mewakili),
sehingga dapat diperoleh informasi yang cukup untuk mengestimasi populasinya.
2. Defenisi
Dalam rangka pengambilan sampel, ada beberapa pengertian yang perlu
diketahui, yaitu:
© 2003 Digitized by USU digital library 2
Populasi Sasaran (Target Populasi):
Yaitu populasi yang menjadi sasaran pengamatan atau populasi dari mana
suatu keterangan,akan diperoleh (misalnya efek obat pada ibu hamil) maka
target populasi adalah ibu hamil.
Kerangka Sampel (Sampling Frame):
Yaitu suatu daftar unit-unit yang ada pada populasi yang akan diambil
sampelnya (daftar anggota populasinya).
Unit Sampel(Sampling Unit):
Yaitu unit terkecil pada populasi yang akan diambil sebagai sampel (KK
atau RT).
Rancangan Sampel
Yaitu rancangan yang meliputi cara pengambilan sampel dan penentuan
besar sampelnya.
Random.
Yaitu cara mengambil sampel, dimana setiap unit dalam populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
III. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL.
Pemilihan teknik pengarnbilan sampel merupakan upaya penelitian untuk
mendapat sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan
populasinya. Teknik pengambilan sampel tersebut dibagi atas 2 kelompok besar,
yaitu :
1. Probability Sampling (Random Sample)
2. Non Probability Sampling (Non Random Sample)
1. Probability Sampling
Pada pengam bilan sampel secara random, setiap unit populasi,
mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Faktor
pemilihan atau penunjukan sampel yang mana akan diambil, yang semata-mata
atas pertimbangan peneliti, disini dihindarkan. Bila tidak, akan terjadi bias.
Dengan cara random, bias pemilihan dapat diperkecil, sekecil mungkin. Ini
merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan sampel yang representatif.
Keuntungan pengambilan sampel dengan probability sampling adalah sebagai
berikut:
- Derajat kepercayaan terhadap sampel dapat ditentukan.
- Beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel, dapat
diperkirakan.
- Besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik.
2. Penyimpangan (Error)
Dari hasil pengukuran terhadap unit-unit dalam sampel diperoleh nilai-nilai
statistik. Nilai statistik ini tidak akan persis sama dengan nilai parameternya.
Perbedaan inilah yang disebut sebagai Penyimpangan (Sampling Error)
Sedangkan pada non probability sampel, penyimpangan nilai sampel
terhadap populasinya tidak mungkin diukur. Pengukuran penyimpangan ini
merupakan salah satu bentuk pengujian statistik. Penyimpangan yang terjadi
pada perancangan kwesioner, kesalahan petugas pengumpul data dan pengola
data disebut Non Sampling Error.
3. Cara Pengambilan Sampel
Ada 5 cara pengambilan sampel yang termasuk secara random, yaitu
sebagai berikut:
© 2003 Digitized by USU digital library 3
3.1. Sampel Random Sederhana (Simple Random Sampling).
Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang
sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Jadi disini
proses memilih sejumlah sampel n dari populasi N yang dilakukan secara
random. Ada 2 cara yang dikenal yaitu:
a. Bila jumlah populasi sedikit, bisa dilakukan dengan cara mengundi "Cointoss".
b. Tetapi bila populasinya besar, perlu digunakan label "Random Numbers" yang
prosedurnya adalah sebagai berikut:
- Misalnya populasi berjumlah 300 (N=300).
- tentukan nomor setiap unit populasi (dari 1 s/d 300 = 3 digit/kolom).
- tentukan besar sampel yang akan diambil. (Misalnya 75 atau 25 %)
- tentukan skema penggunaan label random numbers. (misalnya dimulai dari
3 kolom pertama dan baris pertama) dengan menggunakan tabel random
numbers, tentukan unit mana yang terpilih, sebesar sampel yang
dibutuhkan, yaitu dengan mengurutkan angka-angka dalam 3 kolom
pertama, dari atas ke bawah, setiap nomor ≤ 300, merupakan nomor
sampel yang diambil (100, 175, 243, 101), bila ada nomor ≥ 300, tidak
diambil sebagai sampel (N = 300). Jika pada lembar pertama jumlah sampel
belum mencukupi, lanjutkan kelembaran berikutnya, dan seterusnya. Jika
ada nomor yang serupa dijumpai, di ambil hanya satu, karena setiap orang
hanya mempunyai 1 nomor identifikasi.
Keuntungan : - Prosedur estimasi m udah dan sederhana
Kerugian : - Membutuhkan daftar seluruh anggota populasi.
- Sampel mungkin tersebar pada daerah yang luas,
sehingga biaya transportasi besar.
3.2. Sampel Random Sistematik (Systematic Random Sampling)
Proses pengambilan sampel, setiap urutan ke “K" dari titik awal yang
dipilih secara random, dimana:
N (Jumlah anggota populasi)
K =
n (jumlah anggota sam pel)
Misalnya, setiap pasien yang ke tiga yang berobat ke suatu Rumah Sakit, diambil
sebagai sampel (pasien No. 3,6,9,15) dan seterusnya.
Cara ini dipergunakan :
- Bila ada sedikit Stratifikasi Pada populasi.
Keuntungan :-Perencanan dan penggunaanya mudah.
-Sampel tersebar di daerah populasi.
Kerugian : -Membutuhkan daftar populasi.
3.3. Sampel Random Berstrata (Stratified Random Sampling)
Populasi dibagi strata-strata, (sub populasi), kemudian pengambilan
sampel dilakukan dalam setiap strata baik secara simple random sampling,
maupun secara systematic random sampling. Misalnya kita meneliti keadaan gizi
anak sekolah Taman Kanak-kanak di Kota Madya Medan (≥ 4-6 tahun).
Karena kondisi Taman Kanak-kanak di Medan sangat berbeda (heterogen)
maka buatlah kriteria yang tertentu yang dapat mengelompokkan sekolah Taman
Kanak-kanak ke dalam 3 kelompok (A = baik, B = sedang, C = kurang). Misalnya
untuk Taman Kanak-Kanak dengan kondisi A ada : 20 buah dari 100 Taman
Kanak-Kanak yang ada di Kota Madya Medan, kondisi B = 50 buah C = 30 buah.
Jika berdasarkan perhitungan besar sampel, kita ingin mengambil sebanyak 25
buah (25%), maka ambilah 25% dari masing-masing sub populasi tersebut di
atas.
© 2003 Digitized by USU digital library 4
100 TK (populasi)
Sub populasi 20 kelompok A 50 Kelompok B 30 Kelompok C
25% 25%
5 TK 12-13 TK 7-8 TK
Cara pengambilan sampel 5 Kelompok A, 12-13 Kelompok B, dan 7 – 8.
Kelompok C adalah secara random karena sub populasi sudah homogen.
Keuntungan : -Taksiran mengenai karakteristik populasi lebih tepat.
Kerugian : - Daftar populasi setiap strata diperlukan
- Jika daerah geografisnya luas, biaya transportasi tinggi.
3.4. Sampel Random Berkelompok (Cluster Sampling)
Pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling
unitnya terdiri dari satu kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam
kelompok yang terpilih akan diambil sebagai sampel. Cara ini dipakai : bila
populasi dapat dibagi dalam kelompok-kelompok dan setiap karakteristik yang
dipelajari ada dalam setiap kelompok. Misalnya ingin meneliti gambaran
karakteristik (umur, suku, pendidikan dan pekerjaan) orang tua mahasiswa FK
USU. Mahasiswa FK dibagi dalam 6 tingkat (I s/d VI). Pilih secara random salah
satu tingkat (misal tingkat II). Maka orang tua sem ua mahasiswa yang berada
pada tingkat II diambil sebagai sampel (Cluster).
Keuntungan : - Tidak memerlukan daftar populasi.
- Biaya transportasi kurang
Kerugian : - Prosudur estimasi sulit.
3.5. Sampel Bertingkat (Multi Stage Sampling)
Proses pengambilan sampel dilakukan bertingkat, baik bertingkat dua
maupun lebih.
Misalnya: provinsi kabupaten Kecamatan desa Lingkungan KK.
Misalnya kita ingin meneliti Berat badan dan Tinggi badan murid SMA. Sesuai
kondisi dan perhitungan, maka jumlah sampel yang akan diambil ± 2000.
© 2003 Digitized by USU digital library 5
(Indonesia)
27 Propinsi
Propinsi SUMUT
Kabupaten Deli Serdang
Kecamatan Hamparan Perak
Ada 3 SMA (± 2000)
Cara ini dipergunakan bila:- Populasinya cukup homogen
- Jumlah populasi sangat besar
- Populasi menempati daerah yang sangat luas
- Biaya penelitian kecil
Keuntungan: - Biaya transportasi kurang
Kerugian: - Prosedur estimasi sulit
- Prosedur pengambilan sampel memerlukan perencanaan yang lebih
cermat
4. Non Probability Sample (Selected Sample)
Pemilihan sampel dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip-prinsip
probability. Pemilihan sampel tidak secara random. Hasil yang diharapkan hanya
merupakan gambaran kasar tentana suatu keadaan.
Cara ini dipergunakan : Bila biaya sangat sedikit , hasilnya diminta segera,
tidak memerlukan ketepatan yanq tingqi, karena hanya sekedar gambaran umu
saja.
Cara-cara yang dikenal adalah sebagai berikut :
4.1. Sampel Dengan Maksud (Purposive Samping).
Pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja
yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota
sampel yang diambil.
4.2. Sampel Tanpa Sengaja (Accidental Sampling).
Sampel diambil atas dasar seandainya saja, tanpa direncanakan lebih dahulu.
Juga jumlah sampel yang dikehenadaki tidak berdasrkan pertimbangan yang
dapat dipertanggung jawabkan, asal memenuhi keperluan saja. Kesimpulan yang
diperoleh bersifat kasar dan sementara saja.
4.3. Sampel Berjatah (Quota Sampling).
Pengambilan sampel hanya berdasarkan pertimbangan peneliti saja, hanya disini
besar dan kriteria sampel telah ditentukan lebih dahulu. Misalnya Sampel yang
akan di ambil berjumlah 100 orang dengan perincian 50 laki dan 50 perempuan
yang berumur 15-40 tahun. Cara ini dipergunakan kalau peneliti mengenal betul
daerah dan situasi daerah dimana penelitian akan dilakukan.
© 2003 Digitized by USU digital library 6
5. Gambaran tentang pengambilan sampel.
Di dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut;
1. Perlu dirumuskan masalah-masalah yang dihadapi, kemudian perincilah
masalah-masalah tersebut dalam bentuk-bentuk informasi yang harus
disajikan.
2. Setelah memahami ruang lingkup masalah yang dihadapi, tetapkanlah
populasi yang hendak diteliti itu.
3. Perlu diketahui apakah informasi yang dibutuhkan sudah pernah tersedia,
misalnya sebagai hasil penelitian orang lain.
4. Tentukan jenis penelitian apa yang paling baik, sesuai dengan biaya yang
tersedia sehingga dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan.
5. Susun rencana lengkap terhadap pelaksanaan penelitian tersebut, termasuk
menyusun defenisi, klasifikasi, kwesioner, petugas dan sebagainya.
6. Rencanakan beberapa "Alternative Sampling Design" yang dapat memberi
gambaran tentang beban ongkos dan tingkat kecermatannya.
7. Susun buku pedoman (manual) untuk pekerja lapangan selengkap mungkin.
8. Susun rencana, tabulasi dan tetapkan bentuk serta jenis dari tabel yang final.
9. Laksanakan pretest untuk menguji effektivitas kwesioner, manual, petugas
lapangan dan aspek-aspek oprasional lainnya.
10. Atas dasar pretest tersebut, perbaiki kwesioner, dan manual.
11. Tetapkan secara terperinci prosedur samping yang final.
12. Baru dilaksanakan penelitian yang sesungguhnya dan teruskan dengan
pengolahan serta tabulasi data seperti yang direncanakan.
13. Susun analisa atau hasil-hasil tersebut.
14. Buat laporan penelitian.
IV.1. KESIMPULAN
1. Jika kita ingin melakukan peneli1ian pada sesuatu populasi yang besar, kita
tidak perlu meneliti setiap unit dari populasi akan tetapi cukup hanya
mengambil sebagian saja (sampel).
2. Untuk mendapatkan suatu sampel yang "representatif” perlu diperhatikan
cara-cara yang disebut dalam "Probability Sample".
3. Jika kita hanya ingin mengetahui sekedar gambaran umum dari suatu
keadaan, sedang biaya dan waktu sangat sedikit, dapat kita pergunakan "Non
Probability Sample"
4. Untuk menghindari terjadinya Non Sampling Error perlu diadakan
perencanaan yang baik, dalam pembuatan kwesioner, manual, penetapan
defenisi dan konsep serta pengumpulan dan pengolahan data.
2. PENUTUP
Dalam melakukan suatu penelitian, umumnya kita mempunyai biaya,
waktu dan man power yang terbatas. Karena itu kita tidak dapat meneliti semua
unit dari populasi, cukup hanya sebagian saja (sampel). Dalam hal ini kita perlu
lebih dahulu menetapkan sifat dari populasi, apakah homogen atau heterogen.
Berdasarkan ini kita dapat mengambil salah satu cara tersebut di atas, juga
dengan memperhatikan tujuan penelitian. Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk
cara pengambilan sampel, sampel akan menggambarkan karakteristik dari
populasinya.
© 2003 Digitized by USU digital library 7
KEPUSTAKAAN
Ansari Fuad. "Prisip-prisip dan Dasar Statistik dalam Perencanaan Kesehatan",
Airlangga University Press C, 1975.
Anggraini Sri., "Populasi dan Sampel", Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Jakarta,1979.
Duncan Robert et al. "Biostatistics For Health", Wiley Medical Publication, New
York (Terjemahan Oleh Rozaini Nasution, 1988) PSKM FK-USU,Medan.
Hertono,.Broto.R. "Cara-Cara Sampling", Fakultas Kesehatan Masyarakat
Univesitas Indonesia, Jakarta, 1977.
James A. Davits. “Elementary Survey Analisis, 1971.
Nugroho. "Rumus-Rumus Statistika Serta Penerapanya", CV.Rajawali,
Jakarta,1985.
Spiegel-R Murray. “Elementary Sampling Theory, Theory And Problems of
Statistic", Mc. Graw Hill Book, Company, C 1972.
Siregar Kemal, et al. "Biostatistik Untuk Ilmu-Ilmu Kesehatan", FKM Universits
Indonesia, Jakarta.1984.
Stahl M, Sydney, et al. "Bacaan dan Pemahaman Statistik Terapan", (Terjemaan
Sri Anggraini, Cs), FKM UI 1988.
Utomo Budi. "Prinsip-Prinsip Analisis Statistik", pada Penataran & Lokakarya
Biostatistik FKM se Indonesia, Jakarta, Februari-Maret 1988

Friday, April 16, 2010

FAKTA SEJARAH ASAL USUL ORANG SUNDA ADALAH SUKU PENDATANG

Banyak pakar yang menyatakan bahwa orang Sunda khususnya dan Indonesia umumnya adalah para pendatang dari daerah Yunan. benarkah itu ? (Ada sebuah fakta yang dapat dianggap dongeng tapi perlu kita cermati dengan seksama).

Di daratan Asia, kira-kira antara Pegunungan Hindukusj dan Pegunungan Himalaya ada sebuah dataran tinggi (plateau) yang bernama Iran-venj, penduduknya disebut bangsa Aria. Mereka menganggap bahwa tanah airnya disebut sebagai Taman Surga, karena kedekatannya dengan alam gaib. Namun, mereka mendapat wangsit dalam Uganya, bahwa suatu ketika bangsa Iran Venj akan hancur, sehingga bangsa Aria ini menyebar ke berbagai daerah. Salah satu gerombolan bangsa Aria yang dikepalai oleh warga Achaemenide menyebut dirinya sebagai bangsa Parsa dan pada akhirnya disebut bangsa Persi dan membangun kota Persi-Polis. Pemimpin Achaemenide bergelar Kurush (orang Yunani menyebut Cyrus).

Dalam perjalanan sejarahnya, mereka membantu bangsa Media yang diserang oleh bangsa Darius. Bahkan bangsa Darius dengan pimpinan Alexander Macedonia pun pada akhirnya menyerang Persi. Dan tak lepas dari itu bangsa Persi, pada jaman Islam pun diserang dan ditaklukkan. Begitu pula oleh Jengis Khan dari Mongol, dan pada akhirnya diserang pula oleh bangsa Tartar yang dikepalai oleh Timur-Leng. Rentang perjalanan sejarah bangsa Persi ini, menyadarkan mereka untuk kembali kepada nama asalnya, yaitu Iran (dari Iran-Venj).

Segerombolan suku bangsa Aria yang menuju arah Selatan, sampailah di tanah Sunda, tepatnya di Pelabuhanratu (sekarang). Para pendatang itu disambut dengan ramah dan terjadi akulturasi budaya di antara mereka, pendatang dan pribumi (Sunda) saling menghormati satu sama lainnya. Proses akulturasi budaya ini dapat kita lihat dalam sistem religi yang diterapkan, Pendatang mengalah dengan keadaan dan situasi serta tatanan yang ada. Batara Tunggal atau Hyang Batara sebagai pusat ‘sesembahan’ orang Sunda tetap menempati tempat yang paling tinggi, sedangkan dewa-dewa yang menjadi ‘sesembahan’ pendatang ditempatkan di bawahnya. Hal itu dapat dilihat dalam stratifikasi sistem ‘sesembahan’ yang ada di daerah Baduy, dikatakan bahwa Batara Tunggal atau Sang Rama mempunyai tujuh putra keresa, lima dewa di antaranya adalah Hindu, yaitu : Batara Guru di Jampang, Batara Iswara (Siwa), Batara Wisnu, Batara Brahma, Batara Kala, Batara Mahadewa (pada akhirnya menjadi Guriang Sakti serta menjelma jadi Sang Manarah atau Ciung Manara), Batara Patanjala (yang dianggap cikal bakal Sunda Baduy). Akulturasi ini, tidak saja dalam lingkup budaya, melainkan dalam perkawinan.

Nun jauh di sana, di Fasifik sana, Bangsa Mauri dilihat secara tipologinya, mereka berkulit kuning (sawo matang), Postur tubuh hampir sama dengan orang Sunda. Nama-nama atau istilah-istilah yang dipergunakan, seperti Dr. Winata (kurang lebih tahun 60-an menjadi kepala Musium di Auckland). Nama ini tidak dibaca Winetou atau winoto tapi Winata . Beliaulah yang memberikan Asumsi dan teori bahwa orang Mauri berasal dari Pelabuhanratu. Hal yang lebih aneh lagi adalah di Selandia Baru tidak terdapat binatang buas, apalagi dengan harimau ‘maung’, tapi ‘sima’ maung dipergunakan sebagai lambang agar musuh-musuh mereka merasa takut.

Memang tidak banyak yang menerangkan bahwa orangIndonesia (Sunda) yang datang ke pulau ini, kecuali tersirat dalam Encyclopedia Americana Vol 22 Hal 335. Bangsa kita selain membawa suatu tatanan ‘tata - subita’ yang lebih tinggi, kebiasaan gotong royong, teknik menenun, juga membawa budaya tulis menulis yang kemudian menjadi “Kohao Rongo-rongo” fungsinya sebagai ‘mnemo-teknik’ (jembatan keledai) untuk mengingat agar tidak ada bait yang terlewat.

Benarkah Parahiangan sebagai Pusat Dunia yang Hilang (Atlantis) ?

Untuk memudahkan menjawab pertanyaan di atas, mari kita buktikan dengan benda-benda hasil karya mereka. Salah satunya adalah Trappenpyramide, yaitu limas bertangga).

Di Jawa Barat (Tatar Sunda), Limas bertangga ini dahulu berfungsi sebagai tempat peribadatan begitu pula bagi orang Pangawinan (Baduy) dan bagi orang Karawang yang masih memegang teguh dalam adat tatali karuhun tidak boleh membangun rumah suhunan lilimasan. Bagi orang Jawa Tengah, menurut Dr. H.J De Graaf ‘hunnebedden’ dengan adanya candi-candi Hindu yang sudah sangat kental percampurannya, sehingga tidak lagi terlihat jati diri Jawa Tengahnya. Sedangkan candi-candi di Jawa Timur bentuk-bentuknya masih kentara keasliannya, karena tempelan budaya luar hanya sebagai aksesoris saja. Yang lebih jelas lagi di Bali, karena keasliannya sangat kentara.

Kembali ke daerah Polynesia, bangunan-bangunan purba ‘trappenpyramide’ tersebar di pulau Paska hingga ke Amerika Selatan yaitu di Peru. Apa ada hubungannya dengan Sunda ?

Salah satu ekspedisi Kontiki - Dr. Heyerdahl, membuktikan dan memunculkan teorinya bahwa hal tersebut di atas merupakan hasil kebudayaan dari manusia putih berkulit merah (sawo matang). Walaupun teori ini banyak dibantah para ahli lainnya, namun dapat kita tarik satu asumsi bahwa manusia putih berkulit merah ini adalah manusia Atlantis yang hilang oleh daya magi.

Pembuktian ekspedisi Kontiki - Dr. Heyerdahl sekarang lebih terungkap itu ada benarnya. Sehingga bila melihat sejarah bahwa keturunan dari Tatar Sunda menyebrang hingga ke Polynesia itu adalah orang-orang Atlantis -- yang memang karuhun kita selalu menyembunyikan dalam bentuk simbol -- ekspansi kebudayaan dari Tatar Sunda ke daerah Polynesia, yaitu dengan adanya rombongan dari Palabuhanratu, dapat dibuktikan kebenaran-nya.!

Seperti uraian benarkah orang Sunda pendatang atau benarkah Parahiangan pusat Atlantis ? Di sini, silahkan sidang pembaca untuk menilai lebih jeli kebenaran yang ada, karena benar adalah benar ia harus absolut tidak relatif.

Wednesday, February 17, 2010

BPHTB

Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan / BPHTB - Penjelasan, Arti Definisi, Pembayaran, Sanksi, Perhitungan, Dsb
Sun, 06/05/2007 - 7:10pm — godam64

A. Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan / BPHTB

BPHTB atau bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan perolehan hak atas tanah dan bangunan. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya atau dimilikinya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang perseorangan pribadi atau badan. Objek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan.

DPP / Dasar pengenaan Pajak BPHTB adalah Nilai Perolehan Objek Bajak atau disingkat menjadi NPOP. NPOP dapat berbentuk harga transaksi dan nilai pasar. Jika nilai NPOP tidak diketahui atau lebih kecil dari NJOP PBB, maka NJOP PBB dapat dipakai sebagai dasar pengenaan pajak BPHTB.
BPHTB yaitu merupakan pajak yang harus dibayar akibat perolehan hak atas tanah dan bangunan meliputi hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun dan hak pengelolaan.

B. Saat Pembayaran BPHTB

BPHTB harus dibayar apabila melakukan salah satu hal berikut di bawah ini :
a. Akta pemindahan hak atas tanah dan atau bangunan ditandatangani oleh PPAT atau Notaris.
b. Risalah lelang untuk pembelian telah ditandatangani oleh Kepala Kantor Lelang atau Pejabat Lelang yang berwenang.
c. Dilakukannya pendaftaran hak oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten atau Kotamadya dalam hal pemberian hak baru atau pemindahan hak karena pelaksanaan putusan hakim dan hibah wasiat.

Intinya adalah terjadi pemindahan hak karena jual beli, tukar-menukar, hibah, hibah wasiat, hadiah, warisan / waris dan pemberian hak baru karena adanya kelanjutan pelepasan hak dan di luar pelepasan hak. Sedangkan bentuk pengalihan yang tidak kena BPHTB adalah seperti pengalihan atau perubahan hak dan perbuatan hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama, wakaf atau digunakan untuk kepentingan ibadah.

C. Menentukan Besarnya Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan / BPHTB

a. Tarif BPHTB adalah sebesar 5% dari Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak.
b. Nilai perolehan objek pajak atau NPOP tidak kena pajak ditetapkan sebesar Rp. 60.000.000 (tiga puluh juta rupiah) yang sewaktu-waktu besarnya dapat dirubah oleh peraturan pemerintah. Sedangkan khusus untuk perolehan karena hak waris dalam satu dahar, sedarah atau keturunan garis lurus satu derajat ke atas atau ke bawah dengan pemberian hibah termasuk istri atau suami NJOPTKP atau Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak adalah sebesar Rp. 300.000.000.
c. Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP) adalah nilai perolehan objek pajak (NPOP) dikurangi dengan nilai perolehan onjek pajak tidak kena pajak.
d. Besar pajak terutang BPHTB adalah didapat dengan cara mengalikan tarif pajak dengan nilai perolehan onjek pajak kena pajak (NPOPKP).

D. Tata Cara Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan / BPHTB

Wajib pajak membayar pajak BPHTB yang terutang tidak didasarkan pada surat ketetapan pajak atau SKP, melainkan dengan cara menghitung dan membayar sendiri pajak terutang dengan mengisi Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan atau disingkat SSB.
Pajak yang terutang dapat dibayar di Bank pemerintah, Bank DKI dan juga Kantor Pos di wilayah Kotamadya yang meliputi letak tanah dan atau bangunan dengan SSB. Tempat terutang pajak adalah di wilayah kabupaten, kota atau propinsi yang meliputi letak tanah dan bangunan.
SSB dapat diperoleh di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan / KP PBB / KPBB yang adal di wilayah DKI Jakarta, PPAT, Notaris, Kantor Lelang dan Kantor Pertanahan serta Kantor Bank Pemerintah, Bank DKI dan Kantor Pos. Pembayaran BPHTB dapat dilakukan tanpa menunggu diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak / SKP.

SKP atau Surat Ketetapan Pajak adalah dokumen yang menjelaskan jumlah pajak yang kurang atau lebih bayar yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak setelah adanya pemeriksaan. SKP BPHTB disingkat menjadi SKB (Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan). SKB dapat dikeluarkan dalam jangka lima tahun semenjak saat terutang BPHTB. SKB dapat berupa SKBKB untuk yang kurang bayar, SKBLB untuk yang lebih bayar dan SKBN untuk yang nihil atau nol bayar.

E. Sanksi Tidak Membayar Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan / BPHTB

Apabila WP diketahui kurang bayar BPHTB maka Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan BPHTB (SKBKB) beserta denda sebesar 2% perbulan untuk jangka waktu maksimal 24 bulan dihitung mulai saat terhutang pajak sampai diterbitkan SKBKB. Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan BPHTB kurang Bayar (SKBKBT) jika ditemukan data baru atau data yang sebelumnya tidak terungkap yang mengakibatkan menambahnya jumlah pajak terutang setelah SKBKB terbit, maka dapat dikenakan denda sanksi administrasi sebesar 100% dari kekurangan pajak tersebut kecuali WP melaporkan sendiri sebelum adanya tindakan pemeriksaan.